25/03/11

Dari Forum Penghujat Islam, Kini Ia Gabung Grup Mualaf di Facebook


Bertahun-tahun yang lalu, William Junaedi menganggap semua agama sama, yang
membedakan hanyalah nama-nama Nabi sebagai utusan Tuhan. Namun kelak, pandangan
itu berubah sepenuhnya ketika ia mulai bergaul dengan internet.

Pada tahun 2008, lelaki berdarah Cina-Betawi itu berhenti dari tempat kerjanya.
Ia membeli sebuah komputer dan melanggan internet.

"Ketika sedang menganggur, sehari-hari saya hanya bermain internet. Browsing
sana-sini, mencari tahu segala hal yang belum saya ketahui," tutur Wiliam.

Hingga suatu hari ia menemukan satu laman berupa forum kumpulan orang
non-Muslim. Dalam forum itu, mereka menjelek-jelekan agama Islam.

Beberapa minggu William aktif memantau forum tersebut. Isinya hanyalah hujatan
dan caci maki terhadap agama Islam. Penghuni forum itu menampilkan diri
seolah-olah mengetahui dan paham betul mengenai sejarah Islam, Al-quran beserta
hadist yang menurut mereka sangat tidak masuk akal.

Ketika membaca postingan penuh hujatan terhadap Islam, William
menggeleng-gelengkan kan kepala. "Apa benar yang mereka bicarakan? Saya pun
menjadi semakin penasaran ingin mengetahui kebenarannya.” lanjut pria berusia 29
tahun itu.

Akal sehat William tak bisa menerima komentar-komentar kasar dari anggota forum
yang ia nilai sangat mengintimidasi dan melecehkan. William pun melakukan
pencarian. Saat itu ia mendapat info alamat email untuk live chat perdebatan
mengenai Islam. Ternyata di sana jauh lebih parah.

Salah satu admin live chat, tutur William, mengatakan mereka telah menemukan
satu hadist yang menceritakan bahwa Nabi dulu pernah melakukan perbuatan asusila
terhadap Abu Sofyan saat masih kecil, "Disebutkan pula bahwa Nabi pernah Tidur
dengan mayat. Kami memperdebatkan seputar hal tersebut," kata si bungsu dari 5
bersaudara ini.

Satu tahun lebih William mengikuti debat di live chatt itu. Berbarengan dengan
itu, toko milik kakaknya bangkrut. William beserta keluarga akhirnya memutuskan
kembali ke Jakarta. Berbeda saat memantau forum non-Muslim, kali ini kata-kata
di live-chat itu merasuk ke hatinya.

Ketika pindah ke Jakarta, William berada dalam fase ‘kebencian tingkat tinggi’
terhadap Islam. Sampai-sampai ia selalu berdebat dengan kakak iparnya yang
Muslim.

“Setiap hari saya mendebatkan mengenai Islam dengan kakak ipar saya, mengapa
Islam begini? Mengapa Islam begitu?. Kakak ipar William, menurut dia, sampai
terlihat dilema dan kesulitan dengan kelakuan adik iparnya yang selalu
mendebatnya tiada henti.

Namun William berhenti juga mendebatkan Islam dan memilih memelajari Kristen
yang sudah lama ia anut. Ia berharap dengan mengetahui lebih dalam mengenai
Kristen dan dapat menemukan jawaban atas semua kebenaran Tuhan. Tetapi, William
malah tak merasa mendapat apapun.

“Awalnya saya ingin memperdalam ilmu agama saya, tetapi apa yang saya peroleh?
Semua nihil. Saya tidak mendapat jawaban yang masuk akal dari agama saya
sebelumnya," ujar William. "Saat membaca alkitab saya hanya merasa seperti baca
novel, tidak ada yang spesial” ungkap William.

Kebimbangan dengan agamanya justru mendorong William untuk mencari tahu Islam
lebih lanjut. Ia mulai mengunduh foto-foto wanita berkerudung dan menyimpannya
dalam satu folder. Keisengannya itu ternyata diketahui oleh kakak iparnya.

“Saat itu kakak ipar saya bongkar-bongkar komputer, dia menemukan folder koleksi
foto wanita berkerudung yang saya miliki," tutur William. Kontan kakak ipar
William pun menanyakan perihal itu kepadanya. "Tapi saat itu saya membantahnya,"
kenang William

Ketika mengingat forum ‘non-Muslim’, William terbersit untuk mencari forum
Muslim. Ia menemukan satu chatt room khusus pemeluk Islam, bernama ‘café Islam’.
Di dalam forum itu ia banyak bertanya mengenai agama Islam. Hingga William
memutuskan bertemu salah satu anggota chatt room untuk berbagi langsung.

“Berbeda dengan forum non-Muslim yang saya temukan sebelumnya, di ‘café Islam’
tidak ada makian kasar untuk agama non-muslim” cerita William

Pertemuan William dengan salah satu anggota ‘café Islam’ membuatnya terkesan.
Anggota itu juga memberikan sebuah buku kepada William, berjudul “Saksikan Aku
Sebagai Muslim”.

“Saya senang dengan pertemuan itu, berbincang dengan orang Islam yang membuat
saya semakin tertarik dengan Islam," akunya "Ditambah lagi, dia memberikan saya
buku. Walaupun pada saat itu saya kebingungan menyimpannya. Karena takut
ketahuan orang di rumah” tutur William.

Usai pertemuan itu William kian intens mendalami Islam, hingga muncul keinginan
untuk memeluk Islam. Dorongan itu kian kuat ketika ia--yang mulai sering melamun
di atas rumahnya--mendengar suara orang mengaji. Di kuping William, suara itu
terdengar merdu. Saat itu pula terbesit di benak William untuk berdoa kepada
Allah.

“Suara lantunan ayat Al Qur'an itu terdengar sangat berirama dan enak sekali di
dengarnya," ungkap William. Ia tak pernah mendengar semacam itu di agamanya."
Saya pun langsung berdoa dalam hati ‘ya Tuhan, kalau memang ini Agama yang benar
dan merupakan karuniamu tolong dekatkan aku dengan Islam, jika bukan maka
jauhkanlah” kenang William

Beberapa waktu setelah itu, William membuat sebuah akun Facebook, di sana ia
bergabung dengan group ‘Mualaf Indonesia’. Lagi-lagi ia banyak menanyakan
mengenai Islam dan mengutarakan keinginannya untuk memeluk Islam

“Awalnya saya berpikir, lucu juga kalau muka Cina seperti saya pakai kopiah.
Tapi ternyata di Mualaf Indonesia banyak orang-orang seperti saya (Cina-red) dan
mereka memeluk Islam. Saya jadi tak merasa asing,” tuturnya

Keinginan William masuk Islam mendapat sambutan hangat dari anggota grup Mualaf
Indonesia. Akhirnya, pada tanggal 13 September 2009, William di-Islamkan oleh
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan melakukan khitan pada 5 November
2009.

Resmi menjadi Muslim, William menceritakan keputusan besar itu kepada orang tua.
Saat itu, ibu William marah besar dan mogok bicara dengan William. Sementara
ayahnya lebih membebaskan William memilih.

“Mama tidak mau bicara sama saya, terlihat sekali kalau mama kecewa," tutur
William. Ayahnya tidak melarang, karena ayah William rupanya pernah menjadi
seorang muslim. "Tetapi lantaran tidak ada yang membimbingnya akhirnya ia
menjadi murtad” kata William

William mengaku berat ketika keputusannya tidak disetujui oleh sang ibu. Tapi
William tak berputus asa. Saat hubungan dengan ibunya menegang, William
mengambil wudhu dan berdoa kepada Allah agar membukakan pintu hati ibunya.

Doa yang dipanjatkan William ternyata dijabahi Allah. Hanya dua hari berselang,
ibunya tak sanggup lagi mogok bicara dengannya. Akhirnya ibu dan anak itu pun
berbicara dari hati ke hati dan ibunya pun menerima keputusan William.

“Setelah mama bisa menerima saya sebagai seorang muslim saya menjadi lega, meski
banyak teman-teman saya yang juga keturunan Cina mengucilkan dan memutuskan
silaturahmi dengan saya.” ujar William Walaupun ada yang tak menyukai keputusan
William, tak lantas mengendurkan semangatnya untuk mempelajari Islam.

Setelah memeluk agama Islam, William kian merasakan kedekatan Allah terhadap
dirinya. Ia mengaku menjadi Muslim itu nikmat. “Yang paling luar biasa, ketika
shalat berjamaah dimasjid. Semua orang Muslim, mulai pedagang, pegawai bahkan
pejabatpun shalat berdampingan tanpa ada perbedaan,” ujar William

Tak lama setelah ia menjadi Muslim, ia merasa kian mendapat banyak berkah.
William mendapat panggilan kerja di salah satu SMA Negeri di Jakarta sebagai
guru bahasa Inggris.

“Memang Allah tak pernah tidur, ia akan menolong setiap umatnya yang
membutuhkannya. Kita hanya perlu berdoa dan bersabar. Sama seperti saya yang
harus berdoa dan bersabar demi menemukan agama yang benar” tuturnya.

Saat ini William terus mempelajari Islam. Ditemani salah satu rekan kerjanya,
William aktif mengikuti kegiatan pengajian yang ada di masjid-masjid.

http://www.republika.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © ANEKA IMFO.COM Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger