Jumlah anak autis semakin meningkat. Jika dulu
autis hanya bisa dideteksi melalui tingkat laku dan juga tes urin, kini autis
pada anak bisa dideteksi melalui suara.
Sebuat penelitian menemukan autisme bisa terdeteksi pada anak dengan cara
menganalisa suaranya. Balita yang mengalami gangguan dalam perkembangan
pengucapan kata-kata sehingga berbeda dengan anak-anak sehat lainnya, akan
dianalisis dengan menggunakan sistem analisis suara otomatis yang diciptakan
oleh para peneliti.
Perangkat deteksi suara ini disebut dengan LENA (Language Environment Analysis).
Alat ini dapat menyeleksi adanya gangguan spektrum autis (autism spectrum
disorder/ASD) yang menjadi intervensi awal yang penting.
Alat ini bekerja dengan cara merekam percakapan anak sepanjang hari dan kemudian
memasukkan data tersebut ke dalam program komputer khusus. Nantinya suara ini
akan dibandingkan dengan suara dari anak-anak yang memang sudah diketahui
memiliki kondisi autis.
Kata-kata yang diucapkan oleh bayi dengan autisme, terutama saat mengucapkan
suku kata berbeda dengan anak-anak lain yang berkembang secara normal. Alat ini
bisa membedakan suara anak normal, anak yang memiliki autis dan anak yang memang
memiliki keterlambatan perkembangan berbicara.
Deteksi dengan menggunakan sistem ini membutuhkan biaya sekitar 130
poundsterling atau Rp 1,8 juta (kurs pounds 13.800) dengan tingkat akurasi
sebesar 86 persen. Hasil temuan ini telah dipublikasikan secara online dalam
Proceedings of the National Academy of Sciences.
"Teknologi ini bisa membantu para dokter anak untuk mendeteksi apakah anak
tersebut memiliki autis atau tidak, sehingga dapat menentukan rujukan yang tepat
ke spesialis untuk dilakukan diagnosis secara penuh. Karena jika bisa dideteksi
sejak dini, maka pengobatan dan perawatan yang diberikan bisa lebih efektif,"
ujar Profesor Steven Warren dari Kansas University, seperti dikutip dari
Telegraph, Selasa (20/7/2010).
Dalam studi ini peneliti menganalisis suara dari 232 anak berusia 10 bulan
hingga 4 tahun. Ditemukan indikator yang paling penting untuk mendeteksinya
melalui cara anak-anak tersebut mengucapkan suku kata, yaitu dengan gerakan
rahang dan juga lidah selama pengucapan
autis hanya bisa dideteksi melalui tingkat laku dan juga tes urin, kini autis
pada anak bisa dideteksi melalui suara.
Sebuat penelitian menemukan autisme bisa terdeteksi pada anak dengan cara
menganalisa suaranya. Balita yang mengalami gangguan dalam perkembangan
pengucapan kata-kata sehingga berbeda dengan anak-anak sehat lainnya, akan
dianalisis dengan menggunakan sistem analisis suara otomatis yang diciptakan
oleh para peneliti.
Perangkat deteksi suara ini disebut dengan LENA (Language Environment Analysis).
Alat ini dapat menyeleksi adanya gangguan spektrum autis (autism spectrum
disorder/ASD) yang menjadi intervensi awal yang penting.
Alat ini bekerja dengan cara merekam percakapan anak sepanjang hari dan kemudian
memasukkan data tersebut ke dalam program komputer khusus. Nantinya suara ini
akan dibandingkan dengan suara dari anak-anak yang memang sudah diketahui
memiliki kondisi autis.
Kata-kata yang diucapkan oleh bayi dengan autisme, terutama saat mengucapkan
suku kata berbeda dengan anak-anak lain yang berkembang secara normal. Alat ini
bisa membedakan suara anak normal, anak yang memiliki autis dan anak yang memang
memiliki keterlambatan perkembangan berbicara.
Deteksi dengan menggunakan sistem ini membutuhkan biaya sekitar 130
poundsterling atau Rp 1,8 juta (kurs pounds 13.800) dengan tingkat akurasi
sebesar 86 persen. Hasil temuan ini telah dipublikasikan secara online dalam
Proceedings of the National Academy of Sciences.
"Teknologi ini bisa membantu para dokter anak untuk mendeteksi apakah anak
tersebut memiliki autis atau tidak, sehingga dapat menentukan rujukan yang tepat
ke spesialis untuk dilakukan diagnosis secara penuh. Karena jika bisa dideteksi
sejak dini, maka pengobatan dan perawatan yang diberikan bisa lebih efektif,"
ujar Profesor Steven Warren dari Kansas University, seperti dikutip dari
Telegraph, Selasa (20/7/2010).
Dalam studi ini peneliti menganalisis suara dari 232 anak berusia 10 bulan
hingga 4 tahun. Ditemukan indikator yang paling penting untuk mendeteksinya
melalui cara anak-anak tersebut mengucapkan suku kata, yaitu dengan gerakan
rahang dan juga lidah selama pengucapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar